Hei, sedang apa kamu sekarang?
Kubayangkan dirimu sedang tenggelam ditengah kesibukan.
Serius menatap layar, memeras otak untuk bekerja, atau tengah asyik
berbincang bersama kawan seperjuangan. Sadarkah dirimu, kamu selalu
tampak lebih manis saat sedang berkonsentrasi penuh seperti itu? Aku
ingin segera bisa menyapukan jariku di tulang rahangmu. Meletakkan
kepala pada jarak antara kepala dan bahumu.
Aku selalu membayangkan bagaimana nanti kita akan bertemu.
Apakah akan lucu atau justru romantis? Apapun jalannya, aku berharap
kelak kita akan saling menemukan. Bertukar pandangan untuk kemudian
tahu.
Sesungguhnya aku tak sabar ingin segera bisa mengajakmu jalan-jalan. Kita memang bukan pasangan yang gila pada kencan romantis.
Hari-hari kita sebagian besar dilalui dengan biasa-biasa
saja. Kesibukan kadang membuat kita lupa untuk saling berkirim kabar.
Jangankan saling mengirim pesan mesra, ingat memberi kabar sedang di mana
saja sudah merupakan hal baik.
Saat malam tiba, kau dan aku akan bertemu di dalam mimpi
tanpa banyak bicara. Sekedar memimpikan tentang kita yang sedang
menjelajah tanah yang belum kita pijak sebelumnya. Kau dan aku akan
bersama mengangkat ransel. Menaklukkan puncak-puncak tertinggi bersama.
Naik kereta keliling Jawa, menyeberang ke Bali, hingga menjejakkan kaki
di Nusa Tenggara atau tentang Kau yang gigih berburu penerbangan
termurah ke Papua sementara aku mengemas logistik untuk ekspedisi kita
ke Puncak Jaya. Sesekali kita bentangkan peta dunia dihadapan kita,
menunjuk satu tempat secara acak yang kemudian kita doakan jadi
destinasi liburan tahunan selanjutnya.
Terima kasih telah mempersiapkan dirimu untuk menyambutku.
Kau mengorbankan waktu tidurmu untuk membangunkan ku di pagi hari agar aku tidak terlambat. Terima kasih atas kedewasaan mu.
Kita bisa berubah jadi monster paling menyeramkan bagi satu
sama lain. Aku sudah tak tahan lagi dengan omelan posesif mu yang kadang
memang tak ada habisnya. Kamu pun tak lagi bisa mentoleransi kebiasaanku
yang terlihat konyol dan menyebalkan di matamu.
Saat aku sedang keras kepala -peluk aku dan ingatkan- mau
tak mau salah satu dari kita harus diam. Cinta bukan kompetisi yang
perlu menghitung poin menang-kalah. Waktu kau lelah menghadapi
egoisme ku, bicaralah. Aku ini tak pandai membaca kode tanpa arah. Di
titik kau tak mampu lagi dan ingin pergi, ingat kembali. Tuhan tak
mungkin mempersatukan kita hanya untuk semudah itu diakhiri.
Maukah kau jadi kawan terbaikku membangun masa depan?
Wanita yang namanya tak pernah lupa kusebut di tiap sujud dan tangkupan
tangan.
Kita akan memulai segalanya dari nol. Barangkali kau dan
aku tak akan langsung hidup nyaman. Jarak yang jauh dan kesibukan
masing-masing membuat kita tak bisa selalu bersama.
Maukah kau menghabiskan masa denganku? Dengan rendah hati
menerima segala kurang dan lebihku, mengingatkanku untuk lebih bersabar
setiap nada suaraku mulai meninggi karena kesal. Aku tak bisa
menjanjikan apa-apa, selain akan lebih berusaha untuk jadi pria yang
membahagiakanmu dalam berbagai masa.
Kita akan menua bersama, ditemani tawa dan kerut yang semakin nyata.
Related Articles :
0 comments:
Post a Comment